Minggu, 13 November 2011

Pengemis Berkantong Tebal

Anggapan bahwa mengemis hanya dilakoni oleh orang miskin bisa berubah bila bertemu kakek yang satu ini. Penampilannya memang memelas, namanya saja orang sudah tua. Umurnya 70 tahun tentu kulit sudah kerut merut. Sudah begitu bajunya compang-camping pula.
Pada siang hari yang terik, kakek tersebut menggelesot saja di depan teater Senen, Jakarta Pusat. Setiap ada orang lewat, ia mengulurkan tangannya. Hati siapa yang tidak iba. Kasihan orang sudah setua kakek itu pasti sudah tidak bisa bekerja, mungkin begitulah pikir orang yang memberikan uang kepadanya.

Tetapi jangan salah, Kakek tua itu bernama Cahyo. Ia berasal dari Madura, Jawa Timur. Sudah menjadikan pengemis sebagai profesi utama sejak dua tahun lalu. Dan siapa sangka, pendapatan yang didapat dari pekerjaan tidak terhormat itu ternyata besar. Bahkan mengalahkan pegawai kantoran.

“ Dalam setengah hari saya bisa mendapatkan Rp120 ribu. Bahkan dalam sehari bias mencapai Rp200 ribu. Karena sekarang jarang ada orang memberikan Rp 200, minimal biasanya Rp 500 ” cetus kakek itu.

Awalnya ia bekerja menjadi pemulung dan tinggal bersama anaknya di Pademangan. Namun karena sudah tua, pria asal Madura itu tidak kuat lagi melakoni kerja pemulung yang berat. Ia kemudian beralih profesi menjadi pengemis di sekitar pasar Senen. Kakek ini lalu mengontrak rumah petak di Kampung Gaplok, Senen. Biaya sewanya Rp 150 ribu per bulan termasuk listrik. Di sini ia tinggal bersama dua orang cucunya yang juga menjadi peminta-minta.

Banyak uang tidak membuat Cahyo lupa menabung. Uang itu biasanya kemudian dipakai untuk ongkos pulang kampung. Bila pulang kampung, kakek ini memegang Rp 3 juta untuk biaya hidup selama seminggu di sana.

Selain untuk ongkos, sisa tabungan dibelikan sapi. Kini setelah dua tahun bekerja di Jakarta, Cahyo sudah bisa memiliki 8 ekor sapi. Setiap pulang kampung, kakek ini membeli 3-4 ekor sapi.

Untuk merawat binatang ternak itu, si kakek membayar orang. “Setelah itu nanti hasilnya dibagi dua dengan yang merawat. Itung-itung untuk bagi-bagi rezeki,” katanya santai.  
Dengan penghasilan yang lumayan, jangan heran bila Cahyo betah menjadi pengemis. Ia tidak kapok melakoni profesi tidak terhormat itu meski sudah pernah ditangkap Satpol PP



sumber : http://www.detiknews.com/read/2006/09/25/103406/682102/159/pengemis-bukan-si-kantong-tipis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(Bukan) Blog-nya Randy Marenza
Mohon Tunggu Sebentar Ya!
Sedang Memuat Halaman Blog-nya Nih…